SELAMAT DATANG DI BLOG ILMU TAMBAHAN ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI
Semoga semua informasi yang ada pada blog ini dapat membantu anda dalam menyelesaikan tugas-tugas anda. Silahkan lihat di Popular Pos atau di Arsip Blog bisa juga diinformasi terbaru

Bentuk Bentuk Wirausaha

A.    Badan usaha industri
Badan usaha industri adalah badan usaha yang pekerjaannya mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap dikonsumsi.
Proses pengelolaan bahan dasar tersebut merupakan proses pengolahan bentuk barang jadi yang menimbulka banyak manfaat. Misalnya : badan usaha industri itu bergerak pada industri logam, industri tekstil, industri sepatu, industri kerajinan tangan, industri mobil, industri makana assembilang, dan sebagainya.
B.     Badan usaha perniagaan
badan usaha perniagaan adalah badan usaha yang pengelolaan usahanya membeli barang-barang untuk dijual kembali tanpa mengubah sifat barang. Badan usaha perniagaan merupakan badan usaha yang bergerak dalam aktivitas menyalurkan dan menjual kembali dari produsen ke tangan konsumen. Contoh badan usaha tersebut, antara lain ekspor-impor, grosir, agen, pedagang eceran dan sebagainya.
C.    Badan usaha agraris
Badan usaha agraris adalah badan usah yang bergerak dalam pengolahan dalam usaha tanah. Misalnya : pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan lain sebagainya. Badan usaha agraris sangat erat hubungannya dengan keadaan alam, misalnya iklim, cuaca, keadaan tanah dan sebagainya. Dengan perkataan lainnya, badan usaha agraris itu merupakan badan usaha yang mengolah dan memanfaatkan bantuan alam, sehinnga barang yang diolahnya itu banyak manfaatnya untuk kepentingan konsumen.
D.    Badan usaha ekstraktif
Badan usaha ekstraktif adalah badan usaha yang mengolah dan mengelola penggalian, mengambil, serta mengumpulkan kekayaan dari alam yang sudah tersedia sebelumnya. Contoh badan usaha ekstraktif, antara lain : pertambangan, pembuatan garem, pembuatan migas, dan sebainya. Barang-barang yang sudah tersedia dari pertambangan, di antaranya timah, batu bara, minyak, aspal, perak, emas, tembaga, seng, besi, baja, dan sebainya.
E.     Badan usaha jasa
Badan usaha jasa adalah badan usaha yang aktivitasnya usahanya bergerak dalam bidang pemberian atau pelayanan jasa pada konsumen. Badan usaha ini, hanya memberikan atau menyewa jasa kepada orang lain atau badan usaha lainnya. Badan usaha jasa, dapat dipisahakan menjadi badan usaha finansial dan badan usaha nonfinasial :
a.      Badan usaha finansial
Badan usaha finansial selalu bergerak dalam bidang pemberian atau pelayanan jasa-jasa kredit uang. Contoh badan usaha finansial, antara lain : bank, koperasi, asuransi dan sebagainya.
b.      Badan usaha jasa nonfinansial
Badan usaha jasa nonfinansial, aktivitas memberikan pelayanan jasa-jasa lain diluar pemberian kredit uang atau permodalan.
Badan usaha ini, diantaranya sebagai berikut :
a)Badan usaha persewaan, misalnya persewaan alat-alat pesta, persewaan gudang, persewaan kendaraan, dan sebagainya.
b) Badan usaha jasa hiburan, mislanya bioskop, panggung kesenian, dan sebagainya.
c) Badan usaha profesi, mislanya jasa angkutan public, jasa dokter, jasa arsitek, dan sebagainya.
d)Badan usaha pertanggungan, misalanya jasa asuransi, jasa bank, dan sebainya.
1.     Bentuk-bentuk badan usaha dilihat dari legilitas hokum
A.    Badan usaha perseorangan
Badan usaha perseorangan adalah badan usaha yang didirikan oleh seseorang dan ia sendiri yang memimpin, pemiliknya, serta bertanggungjawab atas segala perkerjaannya. Dengan perkataan lain, badan usaha perseorangan itu merupakan badan usaha yang dikelola dan diawasi seseorang. Karena modal usaha itu milik seorang, maka segala keuntungan yang diperoleh miliknya.
Demikian  pula segala kerugian atau resiko yang dideritanya, menjadi tanggungjawab sendiri. Bentuk usaha perseorang adalah bentuk usaha yang banyak dipilih oleh masyarakat, karena produser pendiriannya sangat sederhana dan tidak banyak birokrasi.
1)      Kebaikan badan usaha perseorangan
a)      Mudah didirikan dan mudah dibubarkan.
b)      Mudah mengambil suatu keputusan.
c)      Produser pendiriannya sangat sederhana.
d)     Ada kebebasan di dalam pengelolaannya.
e)      Biaya mengurus organisasi relative kecil atau sederhana.
f)       Rahasia perusahaan terjamin.
g)      Keuntungan laba jatuh kepada seorang atau pemilik.
h)      Pengawasan badan usaha terpuasat pada satu orang.
i)        Mudah mengadakan perubahan dalam pengelolaan usaha
2) Keburukan badan usaha perseorangan
a)      Kemampuan manajemennya terbatas.
b)      Resiko dalam usaha ditanggung sendiri
c)      Kecakapan dan ketrampilan pimpinan sangat terbatas.
d)     Modalnya terbatas dan kadang-kadang sangat sulit untuk menambahnya.
e)      Tanggungjawab tidak terbatas, karena tidak ada pemisahan yang jelas antara  kekayaan badan usaha dan kekayaan milikn sendiri.
f)       Kelangsungan hidup badan usaha kurang terjamin.
g)      Keputusan kadang-kadadang kurang tepat
B.     Persekutuan firma
Persekutuan firma adalah badan usaha yang didrikan oleh lebih dari satu orang untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, serta merekalah pemiliknya.
Tanggungjawab sekutu tidak terbatas pada jumlah modal yang disetorkannya. Jika perusahaan menderita kerugian, maka seluruh kekayaan pribadi sekutu dapat dijaminkan untuk menutup kerugian perusahaan. Untuk mendirikan persekutuan firma, mereka bersepakat membuat suatu akta resmi atau akata di bawah tangan. Apabila mereka membuat akta resmi,
Akta pendirian persekutuan firma yang didaftarkan, harus memuat tentang :
v   Nama, nama kecil, kerjaan, dan tempat kediaman para anggota persekutuan
v   Penunjukan nama bersama dari persekutuan dan untuk usah umum
v   Penunjukan siapa yang berhak menandatangani atas nama persekutuan
v   Saat mulai dan nakan berakhirnya persekutuan
1.      Kebaikan dan keburukan persekutuan firma
a.      Kebaikan persekutuan firma
Beberapa kebaikan persekutuan firma, antara lain :
  1.  Prosedur pendiriannya relative rendah
  2.  Pembagian pekerjaan sesuai keahlian
  3.  Kebutuhan akan modal lebih terpenuhi
  4.  Resiko kerugian dapat dibagi beberapa orang anggota
  5.  Kemampuan untuk mencari kredit akan lebih besar
  6.  Kontuinitas perusahaan tidak tergantung pada seseorang
b.       Keburukan persekutuan firma
Beberapa keburukan persekutuan firma, antara lain :
1.      Utang-utang perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para  anggota
2.      Akibat tindakan seseorang anggota firma, akan menyebabkan terlibatnya anggota lainnya
3.      Kemungkinan timbulnya perselisihan paham antara paham pemilik atau pendiri
4.      Kesatuan pendapat sukar dicapai, sehingga pengambilan keputusan sering kurang tepat dan cepat
2) Contoh proses pendirian berikut pembagian keuntungan
Agar lebih jelas, di bawah ini diberikan contoh proses pendirian berikut pembagian keuntungannya. Didin Jaenudin, Dadan Gunawan, dan Ny. Yayah Rodiah, sudah sepakat mendirikan sebuah firma. Firma itu diberi nama Firma Sekawan yang usahanya bergerak dalam bidang perdagangan tekstil. Modal yang disetorkan oleh masing-masing yaitu sebagai berikut : Didin Jaenudin Rp. 6.000.000,00; Dadan Gunawan Rp. 4.000.000,00; sedangkan Ny. Yayah Rodiah Rp. 5.000.000,00. Ada pun pembagian keuntungan atau kerugiannya didasarkan kepada besar modalnya masing-masing yang disetor dengan perbandingan 60 : 40 : 50. Apabila keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun berjumlah Rp. 3.000.000,00, maka pembagian keuntungan, untuk mereka bertiga adalah :
     Didin Jaenudin         :
     Dadan Gunawan       :
     Ny. Yayah Rodiah    :
                                                                                                      +Jumlah laba yang dibagikan                                    = Rp.  3.000.000,00
C.    Persekutuan komanditer (CV)
Persekutuan komanditer (CV) adalah suatu perkumpulan di mana satu atau lebih anggotanya mengikat diri untuk menyerahkan modalnya ke dalam peusahaan yang dijalankan oleh satu orang atau lebih beberapa anggota lainnya, dengan nama bersama dan mereka merupakan pemiliknya.
Dengan perkataan lainnya, persekutuan komanditer (CV) itu adalah suatun persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang (sekutu) yang menyerahkan dan mempercayakan uangnya untuk dipakai dalam persekutuan. Para anggota persekutuan menyerahkan uangnya tidak perlu sama besarnya.
1)      Keanggotaan dalam persekutuan komanditer
Dalam persekutuan komanditer, kita mengenal 2 macam anggota yaitu :
a) Anggota yang hanya menyerahkan modalnya saja, tetapi ia tidak memimpin perusahaan. Anggota ini disebut anggota pasif.
b) Anggota yang berhak memimpin persekutuan. Anggota ini disebut anggota aktif.
Anggota persekutuan pasif hanya bertanggungjawab terbatas sebesar modal yang diserahkannya, sedangkan anggota persekutuan aktif bertanggungjawab tidak terbatas. Di dalam persekutuan komanditer, kita mengenal tiga macam persekutuan yaitu :
a) Persekutuan komanditer asli, adalah persekutuan yang semula dipimpin oleh badan usaha perseorangan. Karena ingin memperluas usahanya, maka ia memasukan orang lain supaya msu ikut serta di dalam usaha memasukan atau menyerahkan modalnya pada persekutuan.
b) Persekutuan komanditer campuran, adalah apabila persekutuan firma ingin mengadakan penambahan modal baru dengan tidak usah turut ikut campur dalam pimpinan perusahaan. Anggota baruy persekutuan disni, hanya menyerahkan modalnya saja dengan mendapatkan hak-haknya, sedangkan pimpinan perusahaan dipegang oleh anggota lama.
c) Persekutuan komanditer dengan saham, adalah apabila modal yang dibutuhkan begitu besardan dibagi-bagi menjadi beberapa saham. Modal usaha dapat dikumpulkan oleh beberapa orang yang ikut serta dengan tanggungjawab terbatas dan anggota baru tidak menjadi pimpinan perusahaan.
2)      Kebaikan dan keburukan persekutuan komanditer
Kebaikan dan keburukan persekutuan komanditer hamper sama saja dengan firma, hanya permodalan CV lebih besar dari pada firma.
a.       Kebaikan-kebaikan persekutuan komanditer
                       Kebaikan-kebaikan persekutuan komanditer antara lain :
1.      Pendiriannya relative agak mudah.
2.      Modal yang dikumpulkan lebih banyak.
3.      Manajemen perusahaan dapat dideversifikasikan.
4.      Kesempatan untuk berkembang lebih besar.
5.      Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besar
b.      Keburukan-keburukan persekutuan komanditer
                       Keburukan-keburukan persekutuan komanditer, antara lain :
1.      Sukar untuk menarik kembali invertarisnya
2.      Tanggungjawabnya tidak terbatas
3.      Kelangsungan perusahaan tidak tertentu
4.      Harus membayar bunga modal kepada sekutu diam
3)      Contoh proses pendirian persekutuan komanditer berikut permodalan dan pembagian keuntungannya
Agar lebih jelas, di bawah ini dimuat contoh proses pendirian persekutuan komanditer (CV) berikut permodalan dan pembagian keuntungannya.
Firma sekawan kepunyaan Didi Djaenudin, Dadan Gunawan, dan Ny. Yayah Rodiah, bermaksud ingin memperluas usahanya dengan cara memperluas modalnya. Dipuutuskan oleh bersama firma sekawan diubah menjadi Persekutuan Komanditer. Kebetulan sekali ada Sdr. Oman Saputra yang bersedia menyetorkan modalnya Rp. 5.000.000,00 dan ia bertindak menjadi sekutu diam (pasif). Akhirnya permodalan CV sekawan akan terkumpul menjadi :
ØModal dari Didin Djaenudin          = Rp. 6.000.000,00
ØModal dari Dadan Gunawan          = Rp. 4.000.000,00
ØModal dari Ny. Yayah Rodiah       = Rp. 5.000.000,00
ØModal dari Oman Saputra              = Rp. 5.000.000,00
Modal keseluruhan CV Sekawan akan berjumlah Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Mengenai keuntungan perusahaan, terlebih dahulu sekutu kerja (aktif) mendapatkan 5%, sedangkan sekutu diam (pasif) mendapatkan bunga modal sebesar 10%. Sisa keuntungan perusahaan dibagikan kepada sekutu kerja (aktif) dan sekutu diam (pasif) tidak akan memperolah modal karena menderita kerugian.
Andaikata pada tahun 2005, CV Sekawan memperoleh keuntungan dari kegiatan usahanya sebesar Rp. 3.950.000,00 (tiga juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), maka pembagiaan keuntungannya sebagai berikut:
Jumlah keuntungan seluruhnya …………………         = Rp.3.950.000,00
Bunga modal :
  1. Didin Djaenudin          5% x Rp. 6.000.000,00       = Rp.   300.000,00
  2. Dadan Gunawan         5% x Rp. 4.000.000,00       = Rp.   200.000,00
  3. Ny. Yayah rodiah        5% x Rp. 5.000.000,00       = Rp.   250.000,00
  4. Oman Saputra              10% x Rp. 5.000.000,00     = Rp.   500.000,00
 +                                        = Rp.1.250.000,00
Jumlah bungsa modal ……….……....            = Rp.2.700.000,00
Sisa keuntungan CV “Sekawan”
Tahun 2005                                                                    =Rp. 2.700.000,00
Sisa keuntungan tersebut dibagikan pada sekutu kerja, sebagai berikut :
Sisa keuntungan CV Sekawan pada tahun 2005           =Rp. 2.700.000,00
Dibagikan kepada :
Didin Djaenudin                                                         =Rp.1.080.000,00
Dadan Gunawan                                                         =Rp.    720.000,00
Ny.YayahRodiah                                                        =Rp.    900.000,00
                                                                                    =Rp.2.700.000,00
Maka keuntungan masing-masing sekutu CV Sekawan itu, adalah sebagai berikut :
Didin Djaenudin      : Rp 300.000,00 + 1.080.000,00 =Rp 1.380.000,00
Dadan gunawan       : Rp 200.000,00 + 1.080.000,00 =Rp 1.280.000,00
Ny.Yayah Rodiah : Rp 250.000,00 + 1.080.000,00 =Rp 1.330.000,00
                                                                                          +
Jumlah keuntungan seluruhnya                                   =Rp.4.490.000,00
D.    Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu perseroan yang mempoleh modalnya dengan mengeluarkan sero-sero (saham), di mana tiap orang dapat memiliki satu atau lebih saham, serta bertanggungjawab sebesar modal yang diberikan.
Tanda keikutsertaan seseorang sebagai pemilik adalah adanya saham yang dimilikinya. Artinya makin besar jumlah saham yang dimiliknya, maka semakin besar pula andil dan kedudukannya sebagai pemilik perusahaan. Adapun tanggungunjawab seorang pemegang terhadap pihak ketiga terbetas pada modalnya sahamnya.
Perseroan Terbatas (PT) adalah perusahaan yang berbadan hukum dan terdapat pemisahan antara kekayaan perusahaan dan kekayaan pribadi pemiliknya. Mendirikan perseroan terbatas (PT) harus dengan akta notaris dan harus ada izin dari Menteri Kehakiman dan umumkan dalam Lembaran Berita Negara. Dalam akte pendiriannya, PT harus memuat tentang :
·         Nama perseroan dan tujuannya
·         Nama-nama pendiri perseroan serta alamatnya
·         Jumlah perseroan
·         Anggaran dasar perseroan
1.      Kebaikan dan keburukan perseroan terbatas
a.      Kebaikan-kebaikan perseroan terbatas
Kebaikan-kebaikan perseroan terbatas, antara lain :
1.      Kelangsungan hidup perusahan lebih terjamin dan lebih lama
2.      Tanggungjawabnya terbatas
3.      Pengelolaannya usahanya efisien
4.      Kebutuhan modal lebih besar dan mudah terpenuhi
5.      Saham dapat diperjual belikan
b.      Keburukan-keburukan perseroan terbatas
Keburukan-keburukan perseroan terbatas, antara lian :
1.      Biaya pendiriannya relatif mahal
2.      Kurangnya komunikasi antara pemegang saham
3.      Tidak ada rahasia mengenai perjualan saham
2.      Contoh proses pembahagiaan keuntungan dalam perseroan terbatas
Agar lebih jelas, di bawah ini dibuat contoh proses pembagian keuntungan perseroan terbatas (PT) :
PT Bahagia Jaya pada tahun 2005, memperoleh keuntungan Rp. 15.000.000,00 (lima juta rupiah). Modal seluruhnya Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan baru disetor 80%. Adapun pembagian keuntungannya atau labanya ditentukan sebagai berikut :
·         Dibayarkan dahulu bunga modal 5% dari modal yang disetor
·         Sisanya dibagikan 60% untuk para pemegang saham
·         Diperuntukkan untuk cadangan sebesar 10%
·         Dipergunakan untuk dana social sebesar 5%
·         Bagian untuk direksi sebesar 20%
·         Dibagikan untuk bonus para karyawan sebesar 5%
·         Di sini pembagian keuntungan/laba perusahaan akan tampak sbb :
Jumlah laba keseluruhan                                               = Rp.15.000.000,00
Bunga modal/laba                                                         = Rp. 4.000.000,00                            -
Sisa keuntungan laba                                                    =Rp. 11.000.000,00
Pembagiannya adalah :
Direksi                      20% x Rp. 11.000.000,00            = Rp 2.200.000,00
Cadangan                 10% x Rp. 11.000.000,00            = Rp 1.100.000,00
Pemegang saham      60% x Rp. 11.000.000,00            = Rp 6.600.000,00
Dana sosial               5%   x Rp. 11.000.000,00            = Rp.   550.000,00
Bonus                       5%   x Rp. 11.000.000,00            = Rp.   550.000,00
-          = Rp.11.000.000,00
Di sini pemegang saham akan memperoleh Rp. 4.000.000,00, ditambah sebesar Rp. 6.600.000,00   = Rp. 10.600.000,00

TUGAS KULIAH

Beberapa kumpulan tugas-tugas yang berkaitan dengan akademik maupun non-akademik tersedia di bawah ini, mudah-mudahan apa yang tersedia dalam belog ini dapat membantu agan dalam menyelesaikan tugas-tugas agan, jangan lupa cari sumber-sumber lain yang terpercaya digunakan sebagai revrensi tugasmu. Budayakan membaca dan menulis.


PERATURAN BRIDGE PON 2011
TES PENGUKURAN KELENTUKAN
BULUTANGKIS
REKREASI LOMBA BALAP KELERENG
REKREASI AIR MERDEKA
FORMULIR TES KEBUGARAN JASMANI
MINI BRIDGE
FORMAT RPP K13

TES DAN PENGUKURAN KELENTUKAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Tes dan pengukuran terhadap olahragawan merupakan tugas yang rumit karena banyak hal yang harus di perhatikan agar data yang diperoleh benar-benar valid. Hal ini butuh keahlian dan ketelitian dalam meneliti. Kondisi fisik dan psikologis olahragawan juga harus diperhatikan karena hal itu juga bisa mempengaruhi hasil penelitian.
Dalam olahraga kelentukan adalah suatu hal yang penting, semakin seseorang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi maka akan cenderung bisa meminimalisir cedera. Tinggi rendahnya kelentukan olahragawan tidak ditentukan oleh postur tubuhnya melainkan karena seringnya berlatih. Dalam makalah ini, penulis memusatkan pada model tes dan pengukuran kelentukan olahragawan. Tes dan pengukuran ini memberikan pengetahuan kita akan pentingnya mengetahui seberapa tinggi tingkat kelentukan yang ada pada diri kita, sehingga diharapkan untuk meningkatkan tingkat kelentuntukan agar terhidar atau minimal mengurangi tingkat cedera.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu:
1.      Apa arti dari tes dan pengukuran?
2.      Apa arti dari kelentukan?
3.      Bagaimana cara mengetes dam mengukur kelentukan?
4.      Apasaja macam tes pengukuran kelentukan?
3.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari tes dan pengukuran.
2.      Untuk mengetahui pengertian dari kelentukan.
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara mengetes dan mengukur kelentukan.
4.      Manfaat Penulisan
1.      Membantu olahragawan untuk meningkatkan kelentukan tubuhnya.
2.      Membantu kesempatan penuh bagi masyarakat untuk belajar mengetes dan mengukur kelentukan.
3.      Membantu mahasiswa menjadi manusia berintelektual.
4.      Sebagai wacana masyarakat sebagai sumber yang ingin diketahui.


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Konsep Tes dan Pengukuran
1.      Pengertian
Definisi tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai individu atau objek. Sasaran tes tidak hanya orang atau individu sebagaimana dikemukakan diatas, melainkan juga objek atau suatu benda. Misalnya, untuk memastikan apakah jenis makanan tahu mengandung formalin atau tidak, maka harus dites laboatorium. Demikian juga untuk memastikan apakah kandungan kaporit atau belerang yang ada dalam kolam renang melebihi ambang batas atau tidak, maka harus dites laboratorium.
Pengukuran dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan informasi. Jadi, ketika kita telah memiliki tes dan tes tersebut digunakan untuk mengetes, maka hakekatnya kita melakukan pengukuran. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan informasi berupa angka atau bukan angka. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada benda atau kejadian berdasarkan aturan tertentu. Misalnya, kita akan mengukur tinggi badan seseorang maka yang dilakukan adalah menempatkan angka-angka (meteran) pada badan seseorang tersebut. Ketika kita mengukur kecepatan lari 100 meter, maka pada dasarnya kita memberika angka pada laju gerak lari yang dilakukan seseorang. Lalu, apa yang sebenarnya diukur dari benda atau kejadian tersebut/ yang diukur adalah indicator dari karakteristik benda atau kejadian tersebut. Sebagai contoh, kita akan mengukur “prestasi belajar”, maka indikatornya bisa berupa Indeks Prestasi Komulatif. Mengukur “kecepatan” indikatornya bias berupa waktu yang ditempuh dalam lari 100 meter.
2. Kriteria dalam Tes
2.1. Validitas Tes
Validitas merujuk pada sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur, atau dengan kata lain, apakah suatu alat ukur sesuai untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Selain hal tersebut, validitas juga memiliki makna kecermatan, yakni menggambarkan data atau informasi yang diperoleh sedetail mungkin. (tes dan Pengukuran,Ali maksum)
Ada Tiga Jenis Validitas
·         Validitas Isi
Merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.
·         Validitas Konstrak
Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu traitatau konstrak teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979). Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas.
·         Validitas Berdasar Kriteria (kriterium)
Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria.
2.3 Objektivitas Tes
Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya, terutama terkait dengan skoring yang dilakukan. dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai.
2.      Konsep Kelentukan
1.      Pengertian
Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot. Ketika kita berbicara tentang kelentukan, tidak terelakkan kita mendengar istilah seperti: pembelokan (flexion), yaitu gerakan ruas tubuh yang menyebabakan pengurangan (memperkecil) sudut sendi pada sumbu tranversal/horizontal atau bidang sagital; perluasan (extension), yakni gerakan ruas tubuh kearah kebalikan dari flexion yang menyebabkan penambahan (pembesaran) sudut sendi; hyperextension, yakni di mana sudut dari suatu sambungan persendian diperluas di luar cakupannya yang normal; persendian ganda , yakni suatu kondisi yang hampir tidak ada, tetapi meskipun demikian istilah tersebut digunakan ketika mengacu pada seseorang dengan kelentukan yang tidak biasa di dalam posisi-posisi tertentu; dan akhirnya, musclesboundness (otot tak berbatas), yakni satu istilah yang digunakan untuk menguraikan kasus-kasus dari kekakuan (tak memiliki kelentukan) yakni ketika seseorang mengalami perkembangan otot yang bagus sekali.
.       Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal (range of Moverment)
b.      Kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk meningkatkan tubuh bagian dalam suatu ruang gerak yang seluas mungkin,tanpa cedera pada persendian dan otot di sekitar persendian (menurut Johson dan Nelson tahun 1969)
c.       Kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan pengaru penguluran tubuh yang luas
5.2.  Bentuk Latihan
a.       Peregangan statis ( dengan gerak yang perlahan tetapi dilakukan terus menerus)
b.      Peregangan balistis (peregangan yang dilakukan dengan gerak memantul-mantulkan) yang meliputi:
1)      Leher
2)      Bahu dan dada
3)      Lengan,bahu,dan dada
4)      Lengan dan bahu
5)      Otot belakang (lower back)
6)      Pantat dan pinggul
7)      Otot belakang bawah dan perut
8)      Otot pangkal paha
9)      Otot pangkal paha panggul bagian dalam
10)  Otot paha belakang ( Hamstring)
11)  Otot paha depan
12)  Otot paha depan dan panggul
13)  Otot betis dan tungkai bawah
Contoh, kelihatan perlu mengidentifikasi dua jenis test kelentukan:
1.      Tes Kelentukan Relatif, dirancang menjadi relatif dengan panjangnya atau lebar dari suatu tubuh yang spesifik memisahkan inci-inci menguji pengukuran anda tidak hanya gerakan, namun juga panjang atau lebar dari bagian tubuh yang mempengaruhi.
2.      Tes Kelentukan Absolut , di mana pengukuran anda hanya gerakan yang berhubungan dengan sasaran/tujuan kinerja yang absolut. Sebagai contoh, pada pemisahan anda menentukan jarak antara lantai (yang menjadi sasaran) dan duduk seseorang.
Lebih lanjut, skor kelentukan mungkin dilaporkan sebagai hasil pengukuran linier, di mana skor-skor terjadi dalam ukuran inci-inci atau milimeter-milimeter seperti yang ditentukan dari penggunaan ukuran pita, ukuran, atau flexomeasure,; dan pengukuran berputar, di mana skor-skor terjadi di dalam tingkat perputaran seperti yang ditentukan oleh pemakaian busur derajat, pengukur sudut, atau flexometer. Meski kelentukan menghubungkan dengan beberapa kemampuan motor secara minimal, ia biasanya dianggap sebagai satu faktor penting di dalam aktivitas tertentu, seperti diberikan contoh oleh kelenturan penyelam dan membentang di udara; atau oleh perenang yang melaksanakan gaya kupu-kupu dengan tendangan ekor ikan dolfin. Karena sulit untuk menentukan berapa banyak perluasan pembelokan adalah baik atau jelek untuk perorangan, pelatih dan siswa harus mengevaluasi tingkat yang diperlukan pada setiap sambungan spesifik di dalam bidang merampas kinerja dan keselamatan di dalam aktivitas atau bagian dari tubuh yang terlibat. Kelentukan biasanya juga disebutkan ketika seseorang sedang menggambarkan kebugaran fisik. Kehilangan kelentukan sering kali dicatat sebagai salah satu tanda pertama mengeluarkan bentuk.
tentang 2jenis tes kelentukan, yaitu sit and reach dan standing trunk flexion.
  1. a.    Sit and Reach
  • Prosedur pelaksanaan tes :
    Peserta tidak memakai alas kaki
    - Peserta duduk dengan kaki lurus menyentuh balok tes.
    - Lutut bagian belakang lurus ( tidak boleh ditekuk )
    - Pelan-pelan bungkukkan badan dengan posisi tangan lurus, ujung jari dari kedua tangan menyentuh mistar skala/pengukur.
    - Tangan yang mendorong harus selalu menempel di alat tes.
    - Dimulai dari angka -20.( karena tingkat kelentukan masing- masing individu itu berbeda-beda, jadi jika hal ini dimulai dari angka nol, objek sudah tidak mampu )
    -Dilakukan 3 x, diambil hasil tes yang terbaik.
  • Norma Sit and reach.
    Kategori Pria Wanita
    Bagus Sekali +21 +22
    Bagus +17 +18
    Sedang +11 +12
    Cukup +5 +8
    Kurang -2 +2
  1. b.    Standing Trunk Flexion
  • Prosedur pelaksanaan tes :
    Peserta tidak memakai alas kaki
    Peserta berdiri dengan kaki lurus diatas balok tes.
    Lutut bagian belakang lurus ( tidak boleh ditekuk )
    Pelan-pelan bungkukkan badan dengan posisi tangan lurus, ujung jari dari kedua tangan menyentuh mistar skala/pengukur.
    Tangan yang mendorong harus selalu menempel di alat tes.
    Dimulai dari angka -20.
    ( karena tingkat kelentukan masing- masing individu itu berbeda-beda, jadi jika hal ini dimulai dari angka nol, objek sudah tidak mampu )
    Dilakukan 3 x, diambil hasil tes yang terbaik.

2.      Penggunaan Tes Kelentukan
Beberapa cara di mana tes kelentukan digunakan dalam kelas-kelas pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai suatu faktor di dalam tes kebugaran fisik.
2.      Sebagai suatu alat untuk menentukan potensi di dalam aktivitas olahraga-olahraga tertentu.
3.      Sebagai suatu alat untuk menentukan prestasi dan tingkat keahlian ketika kinerja kelentukan adalah sasaran spesifik di dalam unit pengajaran.
4.      Sebagai suatu alat untuk mendiagnosa tingkat suatu luka/cidera terdahulu atau penyebab tubuh menjadi lemah.
Alat yang digunakan untuk mengukur kelentukan : bangku dan mistar sekitar 50 cm.
Tes dan pengukuran kelentukan
1.      Kelentukan badan sit and reach ( Dr. Widiastuti, M.Pd)
a.       Tujuan
Untuk mengukur kelentukan badan
b.      Alat dan fasilitas
1.      Pita pengukur dalam cm dengan panjang minimal 2 meter
2.      Tembok atau papan tegak lurus dengan lantai datar
3.      Alat tulis
4.      Formulir tes
c.       Pelaksanaan
1.      Pita pengukur diletakkan lurus dilantai, dengan huruf nol pada tepi tembok, teste melepaskan kaus kaki duduk berljunjur menduduki pita pengukur
2.      Pantat, punggung, dan kepala merapat ketembok, kedua kaki lurus kedepan dengan kedua lutut lurus
3.      Panjang kaki dicatat sampai cm penuh, pengukuran dari tembok kedua kaki kangkang kedua lutut boleh bengkok.
4.        Kemudian teste merfaihkan kedua lengannya kedepan sejauh mungkin dan menempatkan kedua jari jari taangan pada pita sejauh mungkin tahap raihan tersebut minimal 3 detik
5.      Jauh raihan itu dicatat sampai sentimeter penuh. Lagkukan raihan 2 kali berurutan, dan jarak raihan terjauh yang dihitung.
6.      Kelentukan tubuh diukur selisih antara jarak raihan dengan jarak kaki dalam sentimeter.
Gambar tes sit and reach
d.                       Table penilaian sit and reach
Skor
Putra
Kriteria
Putri
5
Ø 19,5
Baik sekali
20,0 – 23,0
4
17,0 – 19,0
Baik
18,5 – 19,5
3
14,5 – 16,5
Cukup
17,0 – 18,0
2
12,5 – 14,0
Kurang
15,0 – 16,5
1
< 12,0
Kurang sekali
13,5 – 14,5

2.      Tes statis fleksibilitas pergelangan kaki (Dr.Widiastuti,M.Pd)
a.       Tujuan
Untuk mengukur kemampuan fleksibilitas pergelangan kaki teste
b.      Alat dan fasilitas
1.      Bidang yang datar atau gedung yang mempunyai dinding tembok.
2.      Stopwatch
3.      Alat tulis
4.      Formulir tes
c.       Pelaksanaan
1.      Berdiri menghadap dinding,ujung jari menyentuh dinding,dan bersandar poada dinding
2.      Geser kaki menjauhi dinding secara perlahan sejauh mungkin
3.      Pertahankan kaki untuk berdiri,tubuh dan lutut dan lutut terbuka lebar sedangkan dada tetap menempel pada dinding
4.      Ukur jarak antara ujung kaki dengan dinding.jarak paling pendek adalah ¼ inci
5.      Ulangi sebanyak tiga kali dan catat hasil jarak terbaik.
d.      Penilaian
Ukuran di nyatakan dalam satuan inci.
 
Gambar tes fleksibilitas kaki
e.       Table penilaian penilaian fleksibilitas kaki
Kategori
Laki-laki
Perempuan
Sempurna
Ø  35.00
Ø  32.00
Baik
35.00 – 32.51
32.00 – 30.51
Cukup
32.50 – 29.51
30.50 – 26.51
Kurang
29.50 – 26.50
26.50 – 24.25
Buruk
< 26.50
<24.25

3.      Tes statis fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan.
a.       Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan teste
b.      Alat dan fasilitas
1.      Bidang yang datar
2.      Alat tulis
3.      Formulir tes
c.       Pelaksanaan
1.      Berbaring tengkurap di lantai dengan ke dua tangan diluruskan memegang sebuah tongkat
2.      Naikkan tongkat setinggi mungkin,wajah mengikuti gerakan tongkat
3.      Ukur jaraj naikknya tongkat dari lantai .jarak terpendek adalah ½ inci
4.      Ulangi sebanyak tiga kali dan catat jarak terbaik
5.      Ukur jarak pangkal lengan hingga jari yang terpanjang
6.      Catat nilai terbaik dari jarak lengan
Gambar tes fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan
d.      Penilaian fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan
Klasifikasi
Laki- laki
Perempuan
Sempurna
>12.50
>11.75
Baik
12.50 – 11.50
11.75 – 10.75
Cukup
11.49 – 8.25
10.74 – 7.50
Kurang
8.24 – 6.00
7.49 – 5.50
Buruk
<6.0
< 5.50

4. Macam-macam Tes Kelentukan
4.1 Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi
Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki. Obyeknya adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan ujungjari-ujungjari mu di luar garis kaki mu dengan kaki-kaki yang lurus.
Spesifikasi olahraga: (1) Melompat, menyelam, dan keahlian trampolin; (2) lengan lurus, kaki lurus menekan kepada jungkir di dalam latihan lantai sebagaimana di dalam ketrampilan-ketrampilan olahraga senam yang lain.
Tingkatan Usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu tes untuk kedua-duanya baik anak laki-laki dan anak perempuan.
Reliabilitas (keandalan): Suatu r dari 94 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan berhubungan.
Obyektifitas: Suatu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang tidak berpengalaman.
Validitas (Kebenaran): Validitas diterima untuk tes ini.
Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukur dan tape.
Petunjuk: (1) Baris tanda 15-inch dari alat ukur dengan satu baris di atas lantai dan beri tali pita ujung dari tongkat ukur ke lantai sehingga kasus flexomeasure (sisi jendela) menghadap ke bawah. (2) duduk dan luruskan tumitmu dekat tepi tanda 15-inch dan luncurkan tempat dudukmu pada luar angka kosong sebagai akhir dari ukuran. (3) Harus mempunyai suatu teman yang berdiri dan mengait jari kakinya melawan terhadap tumitmu. Juga, mempunyai satu pembantu di masing-masing sisi untuk memegang lutut-lututmu di suatu posisi yang terlihat sebagaimana Anda persiapkan untuk melakukan peregangan. (4) Dengan tumit tidak lebih dari 5 inci terpisah, pelan-pelan lakukan peregangan maju, selagi mendorong alat flexomeasure sejauh dan sepanjang mungkin dengan ujung-ujung jari dari kedua tangan. Ambil kesempatan bacamu di dekat ujung dari alat flexomeasure.
Menentukan skor: Dari tiga percobaan terbaik yang diukur pada perempat yang paling dekat dari suatu inci adalah hasil skor test mu.

Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi di Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
23¾ - lebih
Dikedepankan/Canggih
25¾ - lebih
21¼ - 23½
Adv. Intermediate/antara
22 - 25½
18¾ - 21
Intermediate/antara
20 - 22¼
17 - 18½
Adv. Pemula
18 - 19¾
Di bawah - 16¾
Pemula
Di bawah - 17 ¾

4.4 Tes Merobek Sisi
Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan di dalam mengangkangkan kaki. Sasarannya untuk mendapatkan selangkangan sedekat mungkin dengan lantai.
Spesifikasi Olahraga dan Tarian: (1) Melompat, berlatih lantai, dan gandar keseimbangan; (2) tarian modern dan tari balet.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk kedua-duanya, anak laki-laki dan anak perempuan.
Keandalan: Satu r dari .92 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.
Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yag berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.
Kebenaran: kebenaran diterima untuk tes ini.
Peralatan: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits.
Petunjuk: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits Test, kecuali melebarkan kaki-kaki terpisah (sisi kepada sisi) sampai selangkanganmu sedekat mungkin pada lantai.
Menentukan Skor: Sama dengan Tes front-to-Rear Splits, kecuali penggunaan skala yang ditampilkan di dalam Tabel 6-4.
Petunjuk tambahan: (1) Lutut harus dikunci pada saat pengukuran. (2) Tangan-tangan pemain itu boleh menyentuh lantai untuk keseimbangan selama perjanjian (3) Kemiringan pemain itu harus tidak menggeser posisi vertikal sebelumnya selama pengukuran.
Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
3 – 0
Dikedepankan/Canggih
2,75 – 0
8 – 3,25
Adv. Intermediate/antara
7,50 – 3
17,50 – 8,25
Intermediate/antara
16,75 – 7,75
2250 -1775
Adv. Pemula
21,50 – 17
Di atas – 22,75
Pemula
Di atas – 21,75


4.7 Test Perputaran Bahu
Tujuan: Untuk mengukur tingkat kepada yang mana bahu-bahu akan berputar dengan sama seperti batas suatu genggaman yang paling mungkin.
Spesifikasi Olahraga: (1) Gaya kupu-kupu, gaya lintas tayang, dan gaya punggung di dalam berenang, (2) pindahkan dan memasukkan ke dalam ring (besi lingkar), palang yang tidak seimbang, dan palang horisontal di dalam olahraga senam.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
Keandalan: Satu r dari .97 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.
Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.
Kebenaran/Validitas : kebenaran/validitas diterima untuk tes ini
Peralatan: 60 inci dari tali dan flexomeasure dengan alat ukur dan tongkat pemandu disisipkan.
Petunjuk: (1) tangkap salah satu ujung tali untuk dengan tangan kirimu dan tangkap tali dengan tangan kananmu dengan cara seperti beberapa inci jauhnya. (2) Lebarkan kedua lengan untuk memenuhi panjang di depan dadamu dan putarlah tali melewati atas kepalamu. Ketika Anda menemui balasan dalam memutar bahu-bahumu, anda harus membiarkan tali untuk meluncur di dalam genggaman tangan kananmu sehingga lengan itu dapat melebar dan membiarkan anda untuk menurunkan tali sampai berhenti menyilang punggungmu. (3) Usahakan lenganmu tetap terkunci, putar ke posisi awal dan ukur banyaknya inci tali di antara ibu jari dari tangan-tanganmu. Sedikitnya jumlah jarak mengindikasikan kinerja yang lebih baik. (4) Amankan lebar bahu maksimum menjauhkan punggung dari deltoid ke deltoid dengan menggunakan flexomeasure.
Menentukan Skor: lebar bahumu dikurangi dari jumlah semua inci dari skormu yang terbaik dari tiga percobaan.
Contoh: Percobaan terbaik = 30 inci
Lebar bahu = 19
Skor = 11 inci

Jadi, semakin turun skor, semakin baik kinerja.

Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
7 – kurang
Dikedepankan/Canggih
5 – kurang
11,50 – 7,25
Adv. Intermediate/antara
9,755 – 5,25
14,50 – 11,75
Intermediate/antara
13 – 10
19,75 – 14,75
Adv. Pemula
17,75 – 13,25
Di atas - 20
Pemula
Di atas – 18

4.8 Tes Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki)
Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan mata kaki (penekukan tapak kaki)
Spesifikasi Olahraga dan Tari: Berenang, menyelam, olahraga senam, tarian dan menyelam, perluasan mata kaki menambah keindahan gerakan selagi di dalam renang dan saat melompat dimana ia menambah daya guna (efisiensi) mekanik.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
Keandalan: Satu r dari .93 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.
Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.
Kebenaran/validitas: kebenaran/validitas diterima untuk tes ini
Peralatan: Alat flexomeasure dengan alat ukur dan garis pemandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat berada di dalam angka kosong dekat dengan ujung alat ukur. Lihat Catatan Tambahan C-2 untuk test yang lain dengan busur derajad.
Petunjuk: (1) Lepaskan sepatu-sepatumu dan ambil suatu posisi duduk di atas lantai dengan kaki kananmu selurus mungkin. ( 2) Perintahkan asistenmu menempatkan posisi alat ukur pada angka nol di atas lantai dan meluncurkan alat mengarah ke bawah sampai pemandu garis berhenti ke seberang titik yang paling rendah dari tulang tulang kering. (3) Lebarkan mata kaki mengulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki (tidak juga jari kaki atau kura-kura kaki) selama perluasan maksimum. (4) Ulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki. (5) Rekam/catat perbedaan antara garis kaki bagian atas (selama perluasan ) dan garis tulang kering terendah kepada salah satu yang paling dekat - delapan inci untuk masing-masing kaki.
Menentukan Skor: Rata-rata perbedaan kaki kanan dengan perbedaan skor kaki kiri dan membandingkan kinerjamu kepada skala di Tabel 6-8.

Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
0,75 – Kurang
Dikedepankan/Canggih
0,50 – Kurang
1,50 – 1
Adv. Intermediate/antara
1,25 – 0,75
2 – 1 ,75
Intermediate/antara
1,75 – 1,50
3 – 2,25
Adv. Pemula
2,25 – 2
Di atas – 3,25
Pemula
Di atas – 2,50

5.      Permasalahan dari Pengukuran
Beberapa permasalahan bersifat nyata di dalam mengukur kelentukan siswa dengan teliti. Pertama-tama, guru atau pelatih harus memutuskan apakah skor ujian harus berhubungan dengan panjang atau lebar dari suatu bagian tubuh atau absolut dalam kaitan dengan menggunakan istilah apa yang siswa dapat lakukan berkaitan dengan suatu tujuan yang ditentukan dari kinerja. Secara umum, metode absolut diinginkan ketika latihan kelentukan dan pengujian kelentukan adalah untuk tujuan-tujuan dari kinerja olahraga. Melihat kembali contoh sebelumnya dari gerakan splits, di dalam pengujian kelentukan yang absolut, anda pada kenyataannya berkata, "Aku tidak mempedulikan betapa jangkung atau pendek anda, aku hanya ingin mengetahui seberapa dekat anda dapat menurunkan tempat dudukmu ke lantai."
Ke dua, kita telah lama mengetahui bahwa kelentukan sangat spesifik secara alami. Ini untuk mengatakan bahwa anda boleh jadi sungguh fleksibel dalam satu bidang tubuh dan hanya sedikit fleksibel di bagian yang lain. Jadi, kita secara umum mematahkan permasalahan atas temuan yang hanya satu item kelentukannya di suatu tes kebugaran fisik. Sementara itu satu item dapat menjadi ideal untuk beberapa siswa, namun bisa jadi menjadi pilihan yang buruk untuk siswa yang lain. Oleh karena itu, kita benar-benar perlu menyajikan suatu pilihan satu item di luar dari tiga materi kelentukan untuk membiarkan masing-masing siswa melaksanakan satu pilihan yang paling berhasil untuk dia, baik pria maupun wanita.
Tes-tes praktis tertentu ketiga, seperti tes gerakan splits depan ke belakang dan perputaran bahu, adalah menghabiskan waktu karena kesulitan mendapatkan para siswa dasar untuk mencapai posisi yang benar. Bagaimanapun, masalah ini dapat dikurangi dengan memberikan peraga-peraga yang tersedia atau gambar-gambar yang ditempatkan untuk membantu persiapan masing-masing siswa sebelum menjalani ujian.
Dan akhirnya, ada suatu kebutuhan akan skala penentuan nilai dan norma-norma di tingkat dasar, yunior dan senior.

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
·         Definisi tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai individu atau objek.
·         Pengukuran dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan informasi
·         Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot
·         Macam-macam kelentukan bermacam-macam jenisnya, antara lain:
1.      Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi
2.      Tes Bridge-up
3.      Tes Front-to-Rear-Splits
4.      Tes Merobek Sisi
5.      Tes Tingginya Bahu dan Pergelangan Tangan
6.      Tes Perluasan Batang Tubuh dan Leher
7.      Test Perputaran Bahu Tes
8.      Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki)
9.      Tes Pembelokan Mata Kaki (Pembelokan Dorsi)

2.      Saran
Apabila hendah melakukan suatu tes sebaiknya mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan. Alat yang digunakan harus diketahui seberapa besar valid, reliabel, dan obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
·         Johnson, Bl dan Nelson, JK. 1979. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Minnesota : Burgess Publishing Company
·         Bompa, 1983. Theory and metodology Training. Tesis. Universitas Negeri Semarang.
·         Maksum, ali. 2007. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.
·         Herawati Herawati, dan Wahyuni. 2004. Latihan Peregangan untuk Meningkatkan Feksibilitas Punggung. Skipsi. Universitas Muhammadiah Surakarta.