KONSEP SEHAT SAKIT
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
SEHAT MENURUT DEPKES RI
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
SEHAT MENURUT DEPKES RI
Konsep
sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama
faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang
satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli
filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang
ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan
sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
beradap -tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio
budaya.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental
dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan
kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).
konsep sehat sakit menurut who,
konsep sakit, konsep sehat
Pengertian konsep sehat.
Sejak dahulu sekitar abad 1
bahwa konsep sehat sakit telah dipergunakan walaupun pengertian masih sangat
terbatas. Pada saat ini sehat banyak diartikan dalam kadar yang normal atau
lazim yang terjadi pada individu dalam arti bahwa individu tersebut tidak
merasakan keluhan sebaliknya sakit diartikan suatu keadaan yang tidak normal
atau lazim pada diri seseorang, misalnya adanya keluhan pusing yang tidak
tertahankan, panas, dan sebagainya, sehingga pada saat itu dapat disimpulkan
bahwa sehat itu bukan dari suatu penyakit.
1. Sehat menurut WHO.
Sehat:
a state of complete physical, mental, and social well being and not merely the
absence of illness or indemnity. (sesuatu keadaan yang sejahtera
menyeluruh baik fisik, mental, dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan).
2.
Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Webster’s New
Collegiate Dictionary).
3.
Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu
kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan
tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.
Konsep
Sehat
A. Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
2. UU N0. 23/1992 tentang kesehatan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
1. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
2. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
3. Kesehatan social adalah suatu kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya.
4. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal.
Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau mengartikan sehat.
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki patokan tersendiri dalam mengartikan sehat. Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Berikut adalah tahap-tahap spectrum kesehatan :
Positive Health
Better Health
Freedom from Sickness
Spektrum
Kesehatan
Unrecognized Sickness
Mild Sickness
Severe Sickness
Death
Konsep Sakit
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Keadaan sehat – Sakit
A. Kontinum Sehat - sakit
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “ kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).
Kematian Sehat
Illness area Wellness area
B. Mempertahankan Status Kesehatan
1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat dibagi menjadi sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer (primary prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna mencegah terjadinya sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan tersier yaitu early diagnosisand promt treatment, disability limitation dan rehabilitation.
C. Factor Yang Berpengaruh Terhadap Perunbahan Sehat Sakit
A. Blum, mengemukakan terdapat 6 faktor yang mempengaruhi status sehat-sakit, yaitu :
1. Faktor politik meliputi keamanan, tekanan, tindasan dll.
2. Faktor perilaku manusia meliputi kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, adat istiadat.
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
4. Factor pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Faktor lingkungan meliputi udara, air, sungai dll.
6. Factor social ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dll.
D. Tingkat Pencegahan
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
1. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
3. Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)
Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan kesehatan dokter, perawat dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
A. Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
2. UU N0. 23/1992 tentang kesehatan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
1. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
2. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
3. Kesehatan social adalah suatu kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya.
4. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal.
Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau mengartikan sehat.
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki patokan tersendiri dalam mengartikan sehat. Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Berikut adalah tahap-tahap spectrum kesehatan :
Positive Health
Better Health
Freedom from Sickness
Spektrum
Kesehatan
Unrecognized Sickness
Mild Sickness
Severe Sickness
Death
Konsep Sakit
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Keadaan sehat – Sakit
A. Kontinum Sehat - sakit
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “ kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).
Kematian Sehat
Illness area Wellness area
B. Mempertahankan Status Kesehatan
1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat dibagi menjadi sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer (primary prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna mencegah terjadinya sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan tersier yaitu early diagnosisand promt treatment, disability limitation dan rehabilitation.
C. Factor Yang Berpengaruh Terhadap Perunbahan Sehat Sakit
A. Blum, mengemukakan terdapat 6 faktor yang mempengaruhi status sehat-sakit, yaitu :
1. Faktor politik meliputi keamanan, tekanan, tindasan dll.
2. Faktor perilaku manusia meliputi kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, adat istiadat.
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
4. Factor pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Faktor lingkungan meliputi udara, air, sungai dll.
6. Factor social ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dll.
D. Tingkat Pencegahan
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
1. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
3. Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)
Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan kesehatan dokter, perawat dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
Norma Dalam Tes Pengukuran
1. Norma
mengukur berat badan
Alat
yang digunakan : Timbangan
Fungsi
dari alat ini yaitu : untuk mengetahui Komposisi tubuh maupun bentuknya atau pengukuran atas struktur tubuh
manusia.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Berdiri
tegak lurus.
b. Pandangan
lurus ke depan.
c. Saat
pengukuran berat badan, atlet atau orang menggunakan pakaian seminim mungkin.
d. Kemudian
lihat angka pada timbangan tersebut untuk mengetahui berat badan kita.
2. Norma
mengukur tinggi badan
Alat
yang digunakan : meteran
Fungsi
dari alat ini yaitu : untuk mengetahui tinggi badan
Prosedur
pelaksanaan :
a. Berdiri
tegak lurus.
b. Pandangan
lurus ke depan.
c. Kemudian
lihat angka pada meteran tersebut.
3. Norma
mengukur ketebalan lemak
Alat
yang digunakan : Skin Fold Caliper
Fungsi
dari alat ini yaitu : untuk mengetahui persentasi ketebalan lemak pada tubuh.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Kulit di tempat yang diukur dicubit dengan tangan kiri sedemikian rupa,
sehingga yang dicubit hanyalah lipatan kulit dan lemaknya saja tanpa
mengikutkan lapisan otot dibawahnya.
b. Tangan kanan memegang Caliper untuk menjepit lapisan kulit yang telah
dicubit dengan tangan kiri. Dengan telah terjepitnya lapisan kulit dan lemak
bawah kulit dapat dibaca pada skala yang ada pada Skin Fold Caliper berapa
milimeter tebalnya.
4. Norma
mengukur kekuatan otot punggung
Alat
yang digunakan : Back Dynamometer
Fungsi
dari alat ini yaitu : Untuk mengetahui komponen kekuatan otot punggung.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Teste coba berdiri, panggul
dirapatkan di dinding, badan dibungkukkan ke depan.
b. Kedua tangan lurus
memegang dynamometer dengan kedua tangan lurus.
c. Teste berusaha sekuat-kuatnya
mengangkat badan ke atas, sehingga menuju pada sikap berdiri tegak.
d.
Alat tersebut menunjukkan angka yang menyatakan
besarnya kekuatan kontraksi dari otot punggung tersebut.
e.
Penilaian : Besarnya kekuatan tarikan otot
punggung teste dapat dilihat pada alat pengukuran setelah
melakukan tes tersebut.
Norma
penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Pria.
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 153.50 – keatas
Bagus 112.50 – 153.00
Sedang 76.50 – 112.00
Cukup 52.50 – 76.00
Kurang SD –52.00
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 153.50 – keatas
Bagus 112.50 – 153.00
Sedang 76.50 – 112.00
Cukup 52.50 – 76.00
Kurang SD –52.00
Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Wanita
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 103.50 – keatas
Bagus 78.50 – 103.00
Sedang 57.50 – 78.00
Cukup 28.50 –57.00
Kurang SD –28.00
5. Norma
mengukur kekuatan otot tungkai
Alat
yang digunakan : Leg Dynamometer
Fungsi
dari alat ini yaitu : Untuk mengetahui komponen kekuatan otot tungkai.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Teste memakai pengikat
pinggang, kemudian berdiri dengan membengkokkan kedua lututnya hingga membentuk
sudut ± 450, kemudian alat pengikat pinggang tersebut dikaitkan pada leg dynamometer.
b.
Setelah itu teste berusaha sekuat-kuatnya meluruskan
kedua tungkainya.
c.
Setelah teste itu meluruskan kedua tungkainya dengan maksimum,
lalu kita lihat jarum alat-alat tersebut menunjukkan angka berapa.
d.
Angka tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot
tungkai teste.
e.
Penilaian : Skor terbaik dari tiga kali percobaan
dicatat sebagai skor
f.
dalam satuan kg, dengan tingkat ketelitian 0,5 kg
Norma
penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Pria.
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 153.50 – keatas
Bagus 112.50 – 153.00
Sedang 76.50 – 112.00
Cukup 52.50 – 76.00
Kurang SD –52.00
Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Wanita
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 103.50 – keatas
Bagus 78.50 – 103.00
Sedang 57.50 – 78.00
Cukup 28.50 –57.00
Kurang SD –28.00
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 153.50 – keatas
Bagus 112.50 – 153.00
Sedang 76.50 – 112.00
Cukup 52.50 – 76.00
Kurang SD –52.00
Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Wanita
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 103.50 – keatas
Bagus 78.50 – 103.00
Sedang 57.50 – 78.00
Cukup 28.50 –57.00
Kurang SD –28.00
6. Norma
mengukur power tungkai
Alat
yang digunakan : Jump Meter Digital
Fungsi
dari alat ini yaitu : Untuk mengetahui komponen power tungkai
Prosedur
pelaksanaan :
a. pertama-tama
alat harus On.
b. Lalu alat
disabukkan diatas pinggang.
c. Objek
berdiri tegak, wajah menghadap ke depan.
d. Loncat boleh
menggunakan awalan atau tidak, sesuai dengan keinginan orang coba.
e. Loncat
dimulai dari dalam lingkaran yang telah disediakan, begitu juga dengan
mendaratnya badan, kaki harus tetap berada di dalam lingkaran tersebut (minimal
1kaki).
f. Jika ketika
mendarat kedua kaki berada di luar lingkaran, maka hasil tes gagal atau tidak
dianggap/tidak sah.
g. Dilakukan
sebanyak 3 kali. Diambil hasil yang terbaik.
7. Norma
mengukur flexibility
Alat
yang digunakan : Flexibility Meter
Fungsi dari
alat ini yaitu : Untuk dapat mengetahui tingkat kelentukan seseorang.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Peserta atau
orang coba tidak memakai alas kaki.
b. Peserta
duduk dengan kaki lurus menyentuh balok tes.
c. Lutut bagian
belakang lurus ( tidak boleh ditekuk ).
d. Pelan-pelan
bungkukkan badan dengan posisi tangan lurus, ujung jari dari kedua tangan
menyentuh mistar skala/pengukur.
e. Tangan yang
mendorong harus selalu menempel di alat tes.
f. Dimulai dari
angka -20, ( karena tingkat kelentukan masing- masing individu itu
berbeda-beda, jadi jika hal ini dimulai dari angka nol, objek sudah tidak
mampu).
g. Dilakukan 3
kali, diambil hasil tes yang terbaik.
8. Norma
mengukur keseimbangan
Alat
yang digunakan : Balance One
Fungsi
dari alat ini yaitu : Untuk dapat mengetahui tingkat
keseimbangan orang coba atau atlet.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Pertama-tama.
Alat tes harus On.
b. Alat pijakan
keseimbangan disatukan dengan alatnya.
c. Alat tes
bisa disesuaikan dengan tinggi badan orang coba.
d. Setelah itu
berdiri diatas alat pijakan dengan satu kaki saja.
e. Antara kaki
yang satu dengan kaki yang lain tidak boleh bersentuhan atau fikasih jarak
keduanya.
f. Tangan direntangkan
dan mata dipejamkan.
g. Alat akan
menghitung jika sudah ada tanda mulai brupa bunyi. Sebelumnya alat akan
menhitung mundur dari 5. baru akan menghitung.
h. Dilakukan 3
kali, diambil hasil yang terbaik.
9. Norma
mengukur reaksi
Alat
yang digunakan : Visual dan Audiovisual
Fungsi dari
alat ini yaitu : Untuk mengetahui tingkat reaksi seseorang dalam suatu kondisi tertentu.hal ini sangat
diperlukan dalam pengembangan prestasi.
Prosedur
pelaksanaan (visual) :
a. Alat on
b. Orang coba
berdiri pada alas tumpu yang tersedia.
c. Pandangan
kearah sensor yang akan mengeluarkan cahaya.
d. Ketika lampu
menyala, orang coba secepatnya melakukan reaksi dengan membuka kedu kaki atau
mengeluarkan kedua kaki dari alas tumpu tadi.
e. Dilakukan 3
kali, diambil hasil yang terbaik.
10. Norma
mengukur grip dan expanding
Alat
yang digunakan : Grip Strenght Dynamometer atau Hand Dynamometer
Fungsi dari
alat ini yaitu : Untuk mengetahui kekuatan otot peras tangan.
Prosedur
pelaksanaan :
a. Pengukuran
Otot Peras Tangan Kanan dan Kiri.
b. Orang coba
berdiri tegak dengan posisi kaki dibuka kurang lebih 20 cm atau selebar bahu.
c. Pandangan
lurus kedepan.
d. Tangan
memegang Grip Strenght dynamometer.
e. Tangan harus
lurus.
f. Skala
dynamometer menghadap keluar atau kedepan.
g. Jarum
dynamometer berada pada angka nol.
h. Setelah itu,
Grip Strenght Dynamometer diperas dengan sekuat tenaga.
i.
Hanya dengan sekali perasan.
j.
Penekanannya tidak boleh dengan
sentakan.
k. Tangan yang
diperiksa maupun alat grip streng dynamometer tidak boleh tersentuh badan
ataupun benda lain.
l.
Hasil tes dapat dilihat pada skala
dynamometer.
m. Dilakukan
sebanyak 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
Norma
penilaian dan klasifikasi kekuatan peras otot tangan kanan pria dan wanita
Kategori Prestasi pria (kg) Prestasi Wanita (kg)
Baik sekali 55.50 – keatas 42.50 – keatas
Bagus 46.50 – 55.00 32.50 – 41.00
Sedang 36.50 – 46.00 24.50 – 32.00
Cukup 27.50 – 36.00 18.50 – 24.00
Kurang SD – 27.00 SD – 18.00
Kategori Prestasi pria (kg) Prestasi Wanita (kg)
Baik sekali 55.50 – keatas 42.50 – keatas
Bagus 46.50 – 55.00 32.50 – 41.00
Sedang 36.50 – 46.00 24.50 – 32.00
Cukup 27.50 – 36.00 18.50 – 24.00
Kurang SD – 27.00 SD – 18.00
Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan peras otot tangan kiri pria dan wanita
Kategori Prestasi pria (kg) Prestasi Wanita (kg)
Baik sekali 54.50 – keatas 37.00 – keatas
Bagus 44.50 – 54.00 27.00 – 36.50
Sedang 33.50 – 44.00 19.00 – 26.50
Cukup 24.50 – 33.00 14.00 – 18.50
Kurang SD – 24.00 SD – 13.50
Alat yang digunakan : Expanding
Dynamometer
Fungsi dari alat ini yaitu : untuk
mengetahui kekuatan otot menarik dan kekuatan otot mendorong ( otot bahu ).
Prosedur pelaksanaan :
a. Orang coba
berdiri tegak dengan posisi kaki dibuka kurang lebih 20 cm atau selebar bahu.
b. Pandangan lurus kedepan.
c. Expanding
Dynamometer dipegang dengan kedua tangan.
d. Diangkat
dengan kedua tangan berada di didepan dada.
e. Badan dan
alat menghadap keluar atau ke depan.
f. Kedua lengan
atas ke samping dan siku ditekuk.
g. Jarum
dynamometer berada pada angka nol.
h. Kemudian
tarik sekuat-kuatnya expanding dynamometer dengan kedua tangan.
i.
Hanya dengan sekali tarikan.
j.
Alat ataupun tangan tidak boleh
menyentuh badan.
k. Dilakukan 3
kali,
diambil hasil yang terbaik.
Langganan:
Postingan (Atom)