BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
masa modern ini olahraga sangat diperlukan untuk memperoleh kesehatan dalam
jasmani maupun rohani. Banyak masyarakat masih mengabaikan tentang pentingnya
berolahraga sehingga kita sebagai calon guru pendidikan jasmani harus bisa
lebih mendorong masyarakat untuk mau berolahraga mengingat olahraga sangat
penting untuk dilakukan. Dan kita juga tidak boleh membedakan antara orang yang
sehat dengan orang yang menderita cacat dalam memberi pembelajaran pendidikan
jasmani. Karena jika kita membedakan antara orang yang sehat dengan orang yang
cacat maka akan terjadi penurunan dalam melakukan gerak tubuh pada masyarakat
yang mengalami kecacatan. Karena sebagai manusia, tidak ada manusia yang
sempurna maka dari itu kita tidak boleh membeda-bedakan seseorang dalam memberi
pembelajaran di Sekolah. Semua orang mempunyai hak-hak dalam dirinya contoh hak
untuk belajar. Sehingga kita juga harus mempelajari jenis-jenis kecacatan untuk
mengetahui tentang jenis-jenis kecacatan agar nanti dalam memberi pembelajaran
terhadap orang cacat dapat memaksimalkan pembelajaran terhadap murid-murid yang
mengalami kecacatan di Sekolah. Kemudian dari latar belakang ini kami akan
menjelaskan salah satu contoh yaitu epilepsi, kegemukan, penyimpangan mekanika
tubuh, dan faktor-faktor penyebab kecacatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Epilepsi ?
1.2.2
Apa yang dimaksud dengan Kegemukan
(Obesitas) ?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Penyimpangan
Mekanika Tubuh ?
1.2.4
Apa Faktor-faktor Penyebab Kecacadan ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka bertujuan sebagai berikut :
1.3.1
Dapat mengetahui Penyakit Epilepsi.
1.3.2
Dapat mengetahui pengertian dan
cirri-ciri Kegemukan (Obesitas).
1.3.3
Dapat mengetahui Penyimpangan Mekanika
Tubuh.
1.3.4
Dapat mengetahui Faktor-faktor Penyebab
Kecacadan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Epilepsi
Epilepsi adalah
penyakit yang terjadi secara mendadak dil luar kesadaran manusia dan ditandai
dengan kejang pada sebagian otot. Penyakit ini disebabkan karena adanya
gangguan neurologi yang menyebabkan
jumlah gelombang elektronika dari otak banyak dan tidak teratur. Pemahamn
masyarakat terhadap penyakit ini masih kurang karena jika terjadi serangan pada
seseorang biasanya masih dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan magic, seperti pemahamn-pemahamn orang
tua zaman dulu.
Ada beberapa penyebab
serangan epilepsi antara lain :
1. Faktor
keturunan.
2. Trauma.
3. Gangguan
metabolisme.
4. Gangguan
peredaran darah.
5. Gangguan
pisikologis.
6. Keracunan.
7. Cahaya
terlalu terang.
8. Kelelahan.
9. Minuman
alcohol terlalu banyak.
10. Kurang
tidur, dll.
Secara umum anak yang
mengidap epilepsi, dapat mengikuti pemblajaran secara umum di Sekolah termasuk
pendidikan jasmani, asalkan anak tersebut menjalani pengobatan secara teratur
dan trus menerus, perlu diketeahui bahwa serangan mendadak pada pendrita
epilepsi ada 5 (lima) tipe :
1. Serangan
epilepsi lengkap atau paling parah. Artinya terjadi kontraksi isometric pada semua otot yang dapat
diprintah dan kejadiannya tersebut tanpa sadar. Tanda-tandanya adalah suara
mendenging dan sakit pada telinga.
2. Jeksonain adalah
serangan mendadak yang terjadi pada serangan tubuh. Artinya terjadi kontraksi
otot bagian tubuh tertentu.
3. Gangguan
epilepsi kecil yaitu serangan yang berlangsung dalam waktu yang pendek , tetapi
terjadi kontraksi otot yang kuat.
4. Serangan
pisikomotor yaitu serangan yang berlangsung tidak lama, namun anak bersangkutan
kelihatammya masih sadar, tetapi seperti orang yang kebingungan.
5. Serangan
gabungan yaitu serangan dengan kecepatan tinggi, dan bahkan di bawah kendali
fungsi fisiologis, serangn ini tidak berlangsung dengan waktu yang lama. Gejala
yang dapat di pantau adalah seperti muka pucat tekanan darah dan denyut jantung
bertambah, dan disertai dengan kelurnya keringat yang cukup banyak.
2.2
Kegemukan (Obesitas)
Kegemukan adalah memiliki berat
badan yang berlebihan atau terlalu gemuk, akibat kelebihan pemasukan kalori
atau tidak disertai dengan penggunaan energy yang berlebihan.
Fktor penyebab
kegemukan diantaranya
1. Karena
terlalu banyak makan.
2. Kurangnya
beraktifitas/malas beraktifitas.
Kegemukan
merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit, misalnya :
1. Penyakit
degenerative arteroklerosis yang
menyerang pembuluh darah jantung,
sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner, kencing manis, stroke, tekanan darah tinggi dan
penyakit lainnya.
2. Menimbulkan
masalah pada pembentukan tulang, yaitu karena kelebihan berat badan
mengakibatkan kelainan pada bentuk tubuh, kelesuan dan kelainan sikap badan.
Untuk
menentukan drajat kegemukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : apabila
seorang anak memiliki berat badan lebih dari 10-20% diatas berat badan normal,
maka disebut dengan kelebihan berat badan (over
weight). Sedangkan berat badan lebih dari 20% di atas normal disebut
kegemukan (obesitas).
Di
samping itu salah satu parameter yang diakui secara luas dalam menentukan kegemukan
seseorang adalah melalui pengukuran indeks masa tubuh dengan rumus :
Seseorang
dikatakan kelebihan berat badan, apabila indeks masa tubuh berada antara 25-27.
Sedangkan obesitas, apabila seseorang memiliki indeks masa tubuh lebih dari 27.
Status gizi dikatakan kurang, bila lebih kecil drari 17-18,5 sedangkan status
gizi normal adalah sebesar 18,5-25.
Di
dalam bagian otak yang disebut hipotalamus
terdapat pusat pengaturan energy yang disebut pusat makan (feeding center) dan pusat kenyang (satiety center. Pusat makan berperan sebagai penerima isyarat lapar
dari berbagai bagian tubuh dan meneruskan isyarat tersebut ke otak dan
selanjutnya melakukan makan.
Secara
peraktis, adanya 2 (dua) pusat di hipotalamus
(pusat makan dan kenyang) apabila dikaitkan dengan masalah kegemukan dan
pendidikan jasmani ialah terdapat hubungan antara rasa kenyang dengan tingkat
aktivitas fisik. Pada orang yang aktivitas fisiknya rendah, misalnya kurang
dari 2000 kkalori/24 jam, adanya kecendrungan bahwa ia akan selalu makan melebihi
kebutuhannya sehingga terjadi kelebihan makan dan terjadi kegemukan.
Pada
sisi lain, orang yang aktivitas fisik hariannya sangat berat, misalnya 6000
kklori/24 jam, batas rasa kenyang ditetapkan lebih rendah dari kebutuhan energy
yang sebenarnya, sehingga ada kecendrungan orang tersebut memiliki berat badan
yang kurang.
Keadaan
ideal adalah rasa kenyang (nafsu makan) sesuai dengan kebutuhan energy yang
diperlukan. Artinya dapat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energy
dan keadaan optimal tersebut rata-rata tercapai pada tingkat konsumsi energy
sekitar 2500 kalori/hari, yaitu tingkat pemakaian energy harian dengan
aktivitas fisik yang cukup.
Oleh
karena itu guru pendidikan jasmani, seyogyanya memberikan porsi latihan yang
cukup berat bagi siswa yang kegemukan sebab batas rasa kenyangnya akan
ditetapkan lebih rendah. Namun perlu diingat bahwa pendidikan jasmani di
Sekolah waktunya sangat terbatas dan pelaksanaannya juga sangat minim yaitu
satu kali dalam satu minggu.
Olahraga
yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama (airobik) misalnya jalan, jogging,
berenang, dan bersepeda cukup baik dalam upaya mengurangi kegemukan, sebab pada
olahraga airobik, kebutuhan oksigen selama olahraga harus dipenuhi oleh tubuh
sehingga system transport oksigen, trutama paru-paru, jantung dan pembuluh
darah terpaksa bekerja intensif secara trus menerus.
Pada
anak/orang dewasa pendrita kegemukan tetapi tidak memiliki komplikasi, dapat
melakukan olahraga dengan intensitas yang cukup. Sedangkan yang memiliki
komplikasi jantung dan pembuluh darah, perlu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
lebih lanjut sebelum melakukan olahraga termasuk untuk menentukan jenis
olahraga yang cocok.
Disamping
dengan berolahraga secara teratur, penanggulangan kegemukan akan lebih efektif
bila dilakukan diet, sebab olahraga dan diet merupakan cara fisiologis yang
telah teruji efektivitasnya dalam mengulangi kegemukan dan berbagai penyakit
akibat kegemukan.
Terdapat
beberapa cirri umum pada anak yang mendrita kegemukan, yaitu: perut membesar,
keringat yang berlebih, lemak tubuh bergumpal, sering menggaruk kulit dan
adanya kesalahan sikap tubuh seperti lutut membengkok, tlapak kaki datar/rata,
letak bahu yang tendah (tidak normal) serta bagian tubuh sekitar punggung
kurang normal, dan semua ini mempengaruhi terhadap fungsi gerak tubuh.
Oleh
karena itu pemblajaran ketrampilan gerak dasar bagi siswa pendrita kegemukan
perlu diberikan secara teratur terencana, sebab pada umumnya anak yang
kegemukan kurang menguasi ketrampilan gerak dasar, karena keseimbangan tubuh
agak terganggu dan sering merasa takut jatuh. Hal ini menyebabkan mereka tidak
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk ikut aktif dalam permainan atau
olahraga baik di Sekolah maupun di rumah dengan teman sebayanya.
2.3
Penyimpangan
Mekanika Tubuh
Mekanika
tubuh dapat diidentifikasikan sebagai kolerasi mekanikal dari berbagai sitem
tubuh dengan acuan khusus pada sistem tulang belulang, otot, viresal dan
hubungan neurologikalnya. Mekanika tubuh normal dapat dikatakan diperoleh bila
kolerasi nekanikal paling banyak bagi sistem-sistem tersebut.
2.3.1
Penyebab Mekanika Tubuh Tidak Baik
Menurut French dan Jansma (1982:246)
ada sejumlah penyebab mekanika tubuh tidak baik, yaitu sebagai berikut.
1. Gizi
yang tidak baik
2. Otot-otot
lemah
3. Jasmani
yang tidak aktif
4. Penggunaan
sisi tubuh yang terus-menerus
5. Pakaian
dan sepatu yang tidak enak dipakai
6. Kerusakan
pendengaran dan penglihatan
7. Penyakit
kronis
8. Tempat
tidur yang lengkung
9. Cedera
dan cacat kongenital (lahir sudah cacat)
2.3.2 Empat Pola Gerak yang Umum
Ketentuan
umum tentang mekanika tubuh yang baik adalah bahwa bagian-bagian tubuh harus
menunjang satu dengan yang lain dalam satu garis vertikal yang lurus langsung
di atas dasar penunjang. Untuk mendapat pemahaman tentang mengaplikasikan
ketentuan ini secara ringkas akan dianalisis empat pola gerak umum seperti
duduk, berdiri, berjalan dan berlari.
Sikap
duduk yang baik sebagian besar tergantung pada rancangan atau model kursi.
Kursi yang ideal harus mempunyai sandaran yang tegak lurus dan tempat duduk yang
datar. Tinggi dari tempat duduk harus memungkinkan seseorang meletakkan kakinya
di lantai dengan jari-jari mengarah ke depan. Kepala harus tegak dan kedua bahu
harus rileks bersandar pada kursi, dengan kedua pantat berada menatap ke depan,
kepala dan dagu terangkat, leher datar, dada membusung.
Berdiri
adalah suatu kelanjutan dari sikap duduk. Sikap berdiri yang baik adalah sikap
tegak tanpa ketakutan atau ketegangan, kedua mata menatap ke depan, kepala dan
dagu terangkat, leher datar, dada busung, panggul lurus dengan perut dan
punggung bagian bawah sedikit melengkung, kedua lutut sedikit tertekuk dan
kedua kaki sedikit sejajar mengarah ke depan dan dengan jarak satu dengan yang
lain antara 5 sampai 10 cm.
Beberapa
teknik untuk mempertahankan posisi berdiri yang baik adalah (Lee & Wagner,
1994):
1. Selalu
rileks
2. Berdiri
tinggi dan ringan seperti bulu
3. Dagu
ditarik ke dalam dan ke atas
4. Ke
dua bahu dibuka lebar
5. Perut
ditarik ke dalam
6. Kedua
lutut tidak kaku
7. Dada
dibusungkan
8. Jari-jari
kaki menekan lantai dengan paha sedikit diputar ke luar.
Berjalan
adalah satu ekstensi dinamika dari
sikap berdiri yang memerlukan pemindahan tubuh dari tempat satu ke tempat yang
lain tanpa kehilangan tumpuan pada tanah. Tekanan dalam berjalan ada pada
kepala dan punggung yang tegak, dagu ke atas, kedua lengan tergantung bebas
dari bahu, dan tungkai mengayun bebas dari panggul.
Beberapa
teknik untuk mempertahankan sikap berjalan yang baik adalah (Lee & Wagner,
1994):
1.
Berdiri dengan sikap tegak
2.
Usahakan kedua lutut harus dekat satu
dengan yang lain
3.
Bergerak dengan pelan-pelan dan lancar
4.
Usahakan jari-jari kaki mengarah ke
depan
5.
Usahakan kedua lutut rileks
6.
Meluncur (glide)
Sikap
berlari sama dengan sikap berjalan, kecuali agak condong ke depan. Kedua
tungkai berganti posisi cepat, dan ada saat melayang, yaitu tubuh tidak
berhubungan dengan tanah. Kedua lengan lebih ditekuk pada siku dan diayunkan
dengan arah yang berlawanan.
Beberapa
teknik untuk mempertahankan sikap berlari yang baik adalah (Lee & Wagner,
1994):
1.
Usahakan togog tegak
2.
Ayun tungkai dari sendi panggul
3.
Usahakan kedua lutut dan pergelangan
kaki rileks
4.
Condongkan badan sedikit ke depan dari
panggul
5.
Pandangan lurus ke depan.
2.4
Faktor-Faktor Penyebab Kecacatan
Dalam
konteks pembelajaran pendidikan jasmani, kecacatan yang dialami oleh para
siswa, perlu dipahami secara sungguh-sungguh oleh guru pendidikan jasmani
adaptif. Hal ini disebabkan, dalam proses pembelajaran jasmani sering ditemukan
bahwa siswa tidak mampu melakukan gerakan dan aktivitas lain dengan baik
seperti siswa yang normal, atau sering juga informasi dan rangkaian
keterampilan gerak yang diajarkan kepada siswa tidak dapat dicerna dengan baik,
akibat kecacatan dari salah alat fungsional tubuhnya.
Secara
umum, terjadinya kecacatan disebabkan dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam
(endogen) dan faktor luar (eksogen). Faktor dari dalam berarti,
anak menderita kecacatan sejak berada dalam kandungan. Kecacatan seperti ini
bisa disebabkan oleh inveksi virus, gangguan emosi, pengaruh merokok, salah obat,
atau minum-minuman keras pada saat mengandung. Sedangkan faktor dari luar
berarti anak menderita kecacatan setelah lahir ke dunia termasuk lahir
prematur, operasi saat melahirkan (misalnya ditarik untuk membantu persalinan).
Disamping itu dapat juga disebabkan kecelakaan, luka di otak, gangguan
psikologis atau pengaruh lingkungan.
Seorang
anak yang mengalami kecacatan dan tidak bisa melakukan suatu keterampilan,
tidak secara otomatis tidak bisa melakukan keterampilan yang lain yang
membutuhkan keterampilan yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar